Analisis Leg 1 Semifinal Liga Champions Bagian I
April 26, 2013 oleh
Mauricio Zbinden
Dilihat sebanyak 1021 Kali
Dilihat sebanyak 1021 Kali
Sebagian besar penikmat tontonan Liga Champions takjub tatkala raksasa Spanyol, Barcelona digilas Bayern Munchen empat gol tanpa balas. Sehari berselang, Borussia Dortmund menimpakan nasib serupa kepada Real Madrid. Total, Bundesliga mencetak 8 gol, La Liga 1. Apa yang sebenarnya terjadi atas rekor kekalahan terburuk Barca dan Madrid di panggung elit benua biru dalam satu dasawarsa terakhir ini?
Pertama, seperti pembuka tulisan Saya di atas, karakter kompetisi La Liga dan Bundesliga sedikit berbeda. Budaya di kompetisi ranah Spanyol, sedikit mirip Italia, flamboyan. Aksi individual seperti dribbling bola dan pamer trick lebih dilindungi wasit. Sementara di Jerman, yang terkenal dengan budaya disiplin mirip dengan karakter sepakbola Inggris cenderung keras.
Seperti ucapan dua orang Spanyol yang merasakan atmosfer Bundesliga. Alvaro Dominguez melihat bagaimana pendekatan fisik menjadi kunci kemenangan telak Bayern atas Barca. “Secara fisik, mereka (Bayern) memang lebih baik,” ucap eks pemain Atletico Madrid yang kini membela Borussia Monchengladbach di Marca. Manu Torres yang berkostum Schalke 04 beropini serupa. “Barcelona sulit mengembangkan permainan. Mereka bahkan tidak diberikan kesempatan untuk bernafas sedikit pun.”
Jika karakter Real Madrid cenderung lebih mampu beradaptasi dengan gaya keras Eropa, tidak bagi Barcelona. Rekor lebih dari 300 pertandingan terakhir selalu unggul ball possession, dikte permainan praktis ada di kaki para pemain Catalan. Masalahnya, mereka tak siap secara psikologis menghadapi tekanan fisik dan tempo super cepat pemain-pemain Die Roten.
Meski pemain Barca bisa melihat bagaimana sebelumnya Valencia lumayan mampu menahan gempuran Franck Ribery – Arjen Robben, sebagai mantan pemain Saya melihat pemain Barca sama sekali tak siap dengan duel adu fisik. Ditambah sisi psikologis mereka yang terlihat kecewa dengan beberapa keputusan wasit, praktis Xavi, Inesta, Busquets hanya bisa melakukan passing berputar-putar di area tengah lapangan saja. Tak heran jika gawang Manuel Neuer tercatat hanya menerima 4 kali ancaman, 2 mengarah ke gawang.
“Secara fisik mereka jauh lebih baik.” Komentar Xavi usai pertandingan tersebut cukup jelas menggambarkan bagimana sulitnya armada Tito Vilanova mengembangkan permainan meski unggul telak penguasaan bola sebanyak 63 persen.
Bayern juga Dortmund secara luar biasa menghabisi duo Spanyol di paruh akhir pertandingan. Baik Victor Valdez maupun Diego Lopez, mereka harus melihat gawangnya dibobol tiga kali di masa ini.
Dalam kondisi kalah fisik, tempo permainan tak sempat untuk didelay, benturan-benturan yang biasa berujung pelanggaran bisa menjadi senjata efektif untuk mencuri nafas. Namun pemandangan yang terpampang di Allianz Arena tak seperti rencana para pemain Barca.
Kaget dengan pendekatan permainan Bayern, tekanan psikologis atas kepemimpinan wasit plus kalah fisik, Barca benar-benar habis di Allianz Arena.
Analisis mengapa begitu mudah Robert Lewandowski menciptakan gol ke gawang Real Madrid bisa Anda baca di tulisan Saya selanjutnya.
from : http://www.supersoccer.co.id/sepakbola-internasional/analisis-leg-1-semifinal-liga-champions-bagian-i/
free music at divine-music.info